Jakarta (InsightMedia) — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang ekonomi global dengan kebijakan tarif dagang terbarunya. Pada 2 April 2025 waktu setempat, Trump mengumumkan penerapan tarif minimal 10 persen terhadap seluruh impor barang dari 180 negara, termasuk Indonesia. Kebijakan ini dinilai dapat memicu gelombang baru perang dagang global.
Merespons dinamika ini, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa bank sentral akan mengoptimalkan strategi triple intervention guna memastikan kecukupan likuiditas valas dan menjaga kepercayaan pelaku pasar.
“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention, yaitu intervensi di pasar valas (spot dan DNDF), serta pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Ramdan dalam pernyataan resminya, Sabtu (5/4/2025).
Langkah BI ini menjadi penting di tengah pelemahan pasar saham global dan penurunan yield US Treasury, yang tercatat jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024, pasca pengumuman retaliasi tarif oleh Tiongkok pada 4 April 2025.
Kebijakan Tarif Donald Trump dan Dampaknya
Dalam pengumuman resminya di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif ini merupakan respons terhadap praktik perdagangan yang dinilai merugikan Amerika Serikat. Ia menyebut tarif sebagai “senjata ekonomi” untuk meningkatkan industri manufaktur dalam negeri dan menyeimbangkan defisit perdagangan AS.
Tarif dasar sebesar 10 persen akan mulai berlaku pada 5 April 2025. Sementara itu, tarif timbal balik hingga lebih dari 50 persen terhadap negara-negara tertentu akan diberlakukan mulai 9 April 2025. Negara-negara seperti China, Meksiko, dan Kanada termasuk dalam daftar target utama kebijakan ini.
Trump juga menyatakan bahwa tarif adalah bagian dari visinya untuk membuat AS kembali “kaya dan kuat”, serta sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong konsumsi produk lokal.
Tantangan Baru bagi Ekonomi Global
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5134281/original/053479100_1739595734-Untitled.jpg)
Langkah Trump menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Bahkan, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengakui bahwa kebijakan ini berpotensi menyebabkan kontraksi ekonomi, namun menyebutnya sebagai “harga yang layak” demi kepentingan nasional AS.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang terdampak langsung, kini harus sigap menyusun strategi ekonomi makro dan diplomasi dagang untuk menjaga stabilitas pasar domestik. Bank Indonesia pun diharapkan dapat memainkan peran sentral dalam menjaga kepercayaan investor dan melindungi nilai tukar rupiah dari volatilitas ekstrem. (ass)