Jakarta (Insight Media) – Musisi senior Maman Piul yang akrab dipanggil bang Maman merayakan 50 tahun perjalanan kariernya dengan menggelar konser kilas balik. Acara ini berlangsung pada Minggu malam, 29 Juni 2025, di Hotel Sultan Jakarta, tempat yang dulu menjadi awal karier musiknya.
Konser tersebut menjadi momen nostalgia. Tepat 50 tahun lalu, saat berusia 15 tahun, Bang Maman tampil pertama kali di ruang Sriwedari, Hilton Hotel. Kini, ia kembali ke tempat bersejarah itu untuk menandai setengah abad dedikasinya di industri musik Indonesia.
“Waktu itu saya main di Sriwedari. Sekarang, 50 tahun kemudian, saya kembali,” kata Bang Maman usai konser.
Acara ini tak hanya menjadi ajang reuni lintas generasi, tetapi juga bentuk penghormatan dari musisi muda. Konser ini diinisiasi oleh Bimo Maxim, salah satu musisi generasi baru yang terinspirasi oleh karya-karya Bang Maman.
“Kami bukan sponsor, hanya ingin mendukung. Beliau inspirasi kami,” kata Bimo, promotor acara.
Menurutnya, bertahan 50 tahun di dunia musik bukan hal mudah. Oleh karena itu, Bang Maman patut mendapat apresiasi khusus.
“Semangatnya luar biasa. Padahal sebulan lalu beliau sempat sakit,” ujar Bimo.
Meski tidak berada dalam kondisi prima, Bang Maman tetap tampil penuh energi. Ia mengaku kekuatan itu datang dari tekad untuk terus berkarya dan menjaga kesehatan.
“Yang penting sehat. Setiap hari jam 10 pagi saya ke studio,” ujarnya.
Konser ini turut dimeriahkan oleh sejumlah artis lintas generasi, termasuk Lufia dan DX yang mewakili wajah baru musik Indonesia. Kolaborasi antara musisi senior dan muda menciptakan atmosfer harmonis.
“Saya senang generasi baru tampil. Mereka berbakat,” kata Bang Maman.
Ia berharap para musisi muda tak hanya tampil, tapi juga memahami proses kreatif. Oleh karena itu, Bang Maman membentuk komunitas “Bank Lagu” sebagai wadah musisi jalanan.
“Kalau mereka punya lagu bagus, kami bantu produksi,” katanya.
Komunitas ini sudah berjalan tiga tahun. Isinya lagu-lagu bertema sosial dan pendidikan. Bang Maman ingin generasi muda punya ruang belajar yang konkret dan berkelanjutan.
Selain tampil, Bang Maman juga menggandeng anak-anak muda untuk me-remake lagu-lagunya. Salah satunya lagu “Jali-jali” yang dikemas ulang oleh tim baru.
“Saya senang lagu lama bisa hidup kembali dengan nuansa baru,” ujarnya.
Salah satu pengisi acara adalah Vista Putri. Dari perkenalan dengan Vista, Bang Maman bertemu Bimo yang kemudian menjadi penggagas konser ini.
“Pertemuan kami singkat tapi klik. Alhamdulillah konser bisa terwujud,” kata Bang Maman.
Bimo pun mempercayakan putranya terlibat sebagai vokalis. Anak-anak didik Bimo juga dilatih secara khusus untuk konser ini.
“Anak saya cepat hafal lagu. Hearing-nya kuat,” ujar Bimo.
Meskipun sibuk mempersiapkan konser, para peserta tetap menjalani rutinitas seperti sekolah dan les. Proses latihan berlangsung alami dan menyenangkan.
“Semua jalan seperti biasa. Kami hanya tambah waktu latihan,” ucapnya.
Di akhir konser, Bang Maman menyampaikan harapannya. Ia ingin tetap sehat dan terus berkarya hingga 60 tahun berkecimpung di dunia musik.
“Doakan saya tetap sehat. Tadi saya bawakan lagu baru juga,” tuturnya.
Salah satu lagu yang ditampilkan adalah karya terbarunya yang akan digarap oleh Sandi Mokra. Lagu tersebut menjadi simbol bahwa Bang Maman masih terus melahirkan karya baru.
Bang Maman juga menyebutkan inspirasi dari ibunya yang kini berusia 96 tahun dan masih semangat bernyanyi.
“Mama saya tadi nyanyi lagu ‘Sena Sutra’. Usianya 96 tahun,” ungkapnya.
Sahabat Bang Maman, pencipta lagu “Bintang”, juga hadir dan mengusulkan agar karya-karya lawas Bang Maman di-recycle. Menurutnya, karya Bang Maman layak dikenalkan ulang kepada generasi muda.
“Lagu-lagunya bisa disegarkan ulang. Ini bentuk pelestarian,” katanya.
Konser 50 Tahun Bang Maman menjadi pengingat bahwa konsistensi, semangat, dan kolaborasi antar generasi adalah kunci menjaga nyala musik Indonesia. Meski tak semua undangan hadir, konser tetap berjalan lancar.
“Banyak yang tak hadir, mungkin karena kondisi. Tapi Alhamdulillah konser sukses,” kata Bang Maman.
Ia pun menutup malam itu dengan penuh haru dan rasa syukur. Konser ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan musik berikutnya. (Put)