Solo (Insight Media) — Kota Solo kembali bersiap menjadi pusat perhatian pencinta musik. Festival Solo City Jazz 2025 resmi digelar sebagai ajang apresiasi terhadap musik jazz dan budaya lokal. Memasuki edisi ketujuh, festival ini mengangkat tema “Jazz Mewarnai Keindahan Kota Solo”, yang menegaskan semangat kolaborasi antara seni modern dan tradisi Jawa.
Direktur Festival Solo City Jazz, Ario Nugroho, mengatakan tema tahun ini merepresentasikan visi Solo sebagai kota budaya yang terbuka. “Kami ingin menunjukkan bahwa jazz bisa berbaur dengan kearifan lokal tanpa kehilangan identitasnya,” ujar Ario saat konferensi pers di Solo, Senin (30/9/2025).
Festival Jazz Berpadu dengan Budaya Jawa
Festival Solo City Jazz pertama kali digelar tujuh tahun lalu sebagai wadah pertemuan musisi lintas daerah dan generasi. Tahun ini, penyelenggara menghadirkan konsep lebih dinamis, menempatkan panggung di titik strategis kota seperti Balai Kota Solo, Benteng Vastenburg, dan Taman Balekambang.
Perpaduan suasana tradisional dan modern menjadi daya tarik utama. Musik jazz akan berdialog dengan gamelan, tari Jawa, hingga mural kontemporer. “Kami ingin menciptakan pengalaman musikal yang khas Solo, di mana jazz bukan sekadar hiburan, tetapi ruang ekspresi budaya,” kata Ario.
Konsep lintas genre ini juga diharapkan menjadi sarana edukasi bagi generasi muda tentang nilai improvisasi dalam musik jazz.
Line-Up Musisi Lintas Generasi
Meski daftar lengkap belum diumumkan, penyelenggara memastikan festival tahun ini menampilkan musisi jazz senior dan talenta muda berbakat. Beberapa nama yang dipastikan tampil antara lain Idang Rasjidi Project, Dira Sugandi, Sri Hanuraga Trio, dan komunitas Jazz Ngisoringin.
Festival juga akan menghadirkan musisi internasional dari Malaysia, Jepang, dan Belanda, yang siap berkolaborasi dengan pemain lokal. Tak hanya konser, pengunjung dapat mengikuti workshop, diskusi musik, dan sesi jam session yang membuka ruang kolaborasi spontan antar-musisi. “Sesi jam session selalu jadi favorit. Di sana, musisi muda belajar langsung dari maestro jazz,” ujar Ayu Lestari, salah satu kurator program Solo City Jazz.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Selain sebagai ajang musik, Solo City Jazz 2025 memberikan dampak signifikan bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ribuan penonton diperkirakan hadir dari berbagai kota bahkan mancanegara.
Pemerintah Kota Solo menyambut positif keberlanjutan festival ini. Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, Riyanto Wibowo, menilai acara ini mendukung promosi kota sebagai destinasi budaya. “Festival ini menambah daya tarik Solo. Wisatawan datang bukan hanya untuk musik, tapi juga kuliner dan budaya,” ujar Riyanto.
Festival juga menjadi berkah bagi UMKM lokal. Beragam stan kuliner, kerajinan, dan produk fesyen akan hadir di area festival. Penyelenggara memberi ruang khusus bagi pelaku usaha lokal agar ikut menikmati dampak ekonomi dari lonjakan pengunjung.
Regenerasi Musisi Jazz Indonesia
Salah satu ciri khas Solo City Jazz adalah keterlibatan musisi muda di setiap edisinya. Festival ini menjadi panggung penting bagi regenerasi musisi jazz nasional.
Beberapa nama yang kini dikenal luas, seperti Rega Dauna dan Vanessa Sofyan, memulai debutnya di festival ini. “Kami ingin menjaga kesinambungan antara generasi. Musisi muda harus punya ruang untuk tampil,” kata Ario Nugroho.
Solo City Jazz juga dikenal karena atmosfernya yang hangat dan inklusif. Tidak hanya penikmat jazz, masyarakat umum pun selalu hadir menikmati suasana festival yang bersahabat.
Suasana Festival yang Hidup dan Interaktif
Setiap tahun, ribuan pengunjung memadati area festival. Mereka datang untuk menikmati musik, kuliner, dan seni visual yang menyatu dalam satu pengalaman. Tahun ini, pengunjung akan disuguhi panggung megah dengan tata cahaya modern yang berpadu dengan dekorasi tradisional Jawa.
Festival juga menampilkan pameran foto, instalasi seni, dan bazar komunitas kreatif yang memperkaya suasana. Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para musisi dan seniman lokal. “Kami ingin Solo City Jazz bukan hanya pertunjukan, tapi perayaan seni yang hidup,” ujar Ayu Lestari.
Jazz sebagai Jembatan Antarbudaya
Ciri khas Solo City Jazz adalah keberaniannya memadukan jazz dengan genre lain. Tahun ini, penonton akan menemukan kolaborasi antara jazz, pop, rock, dan musik tradisional. “Improvisasi adalah napas jazz. Ketika berpadu dengan gamelan atau tari Jawa, hasilnya selalu mengejutkan,” ujar Ario.
Pendekatan ini membuat Solo City Jazz menjadi ruang dialog antarbudaya yang memperkuat identitas Solo sebagai kota yang dinamis dan terbuka.
Festival yang Menghidupkan Kota Solo
Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, Solo City Jazz kini menjadi agenda tahunan unggulan Kota Solo. Selain mengangkat nama kota di panggung nasional, festival ini juga menunjukkan bahwa musik bisa menjadi kekuatan pemersatu. “Solo City Jazz bukan sekadar konser. Ini adalah perayaan kreativitas dan semangat gotong royong warga Solo,” kata Riyanto.
Tahun 2025 menjadi pembuktian bahwa jazz tetap hidup di tanah Jawa. Dengan kolaborasi lintas budaya, generasi, dan komunitas, Solo City Jazz 2025 menghadirkan pesan bahwa musik bisa menjadi jembatan bagi harmoni sosial.
Bagi para pecinta musik, festival ini menjadi agenda wajib. Inilah momen ketika jazz benar-benar mewarnai keindahan Kota Solo. (Put)